Sabtu, 31 Desember 2011

Kaidah Asasi Pertama


  1. I. Kaidah Asasi Pertama
اَلْأُمُوْرُ بِمَقاَصِدِهاَ
Segala perkataan terantung pada niat
Niat di kalangan ulama-ulama Syafi’iyah diartikan dengan bermaksud melakukan sesuatu disertai pelaksanaannya.
قَصْدُ الشَّيْءِ مُقْتَرَناً بِفِعْلِهِ أَوالْقَصْدُالْمُقَارِنُ لِلْفِعْلِ
Di dalan sholat misalnya yang dimaksud dengan niat adalah bermaksud didalam hati dan wajib niat disertai takbirat al-ihram
Di kalangan mahzab Hambali juga menyatakan bahwa tempat niat ada dalam hati, karena niat adalah perwujudan dari maksud dan tempat dari maksud adalah hati.  Jadi apabila meyakini/beritikad di dalam hatinya, itu pun sudah cukup, dan ajib niat didahulukan dari perbuatan. Yang lebih utama, niat bersama-sama dengan takbirat al-ihram di dalam shalat, agar niat ikhlas menyertainya dalam ibadah.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi niat adalah :
  • Untuk membedakan antar ibadah dan adat kebiasaan.
  • Untuk membedakan kualitas perbuatan baik kebaikan maupun kejahatan.
  • Untuk menentukan sah tidaknya suatu perbuatan ibadah tertentu serta membedakan yang wajib dari yang sunnah.
Secara lebih mendalam lagi para fuqaha merinci masalah niat ini baik dalam ibadah mahdoh seperti thoharoh, wudhu, tayamum, mandi junub, sholat qhasar, sholat jama, sholat wajib, sholat sunnat, zakat, haji, saum atau pun didalah ibadah ghair mahdoh seperti pernikahan, thalaq, wakaf, jual beli, hibah, wasiat, sewa-menyewa, hutang piutang dan akad-akad lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar